Senin, 04 Januari 2016

DAMPAK PENAMBANGAN PADA LINGKUNGAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH ABU KETEL MENJADI BRIKET BIO ARANG

JUDUL :
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH ABU KETEL, JARAK, DAN GLISERIN (2013)
DAN
ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN BATU KAPUR TERHADAP LINGKUNGAN DI KECAMATAN NUSA PENINDA 

PENULIS :
Samsudi Raharjo
dan
I Gede Algunadi (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)
Ida Bagus Made Astawa (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)
Sutarjo (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)

SUMBER JURNAL :
http://jurnal.unimus.ac.id
dan
igedealgunadi@yahoo.com

PENDAHULUAN
     Sumberdaya alam dan energi dimanfaatkan demi pembangunan ekonomi bersama dengan sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan sumberdaya teknologi. Sumberdaya alam dan energi dibedakan kedalam sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam air, sumberdaya alam energi dan sumberdaya alam non hayati. Sumberdaya alam dan energi itu ada yang bisa diperbaharui dan ada pula yang tidak bisa diperbaharui. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui berupa sumberdaya hayati dan hewani sedangkan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui berupa sumberdaya non hayati seperti barang-barang tambang.
     Cadangan minyak di perut bumi makin terbatas dan menyusut karena penggunaannya yang terus meningkat dan bahan bakar fosil ini tergolong bahan bakar yang tidak terbarukan (unrenewable). Keterbatasan ini seharusnya mendorong pemerintah untuk mencari energi alternatif dan terbarukan (renewable) yang berasal dari tanaman dan biasa disebut biomassa. Pengalaman menunjukkan dengan hanya mengandalkan pada satu jenis sumber energi kerap menimbulkan banyak persoalan yang saling berkaitan.
     Disamping hal tersebut tingkat pencemaran yang disebabkan oleh sisa pembakaran sudah sangat mengkawatirkan karena debu yang berupa partikel sisa pembakaran berterbangan kemana-mana terutama pada saat musim kemarau sangat menggangu pernafasan dan aktifitas warga. Pada musim penghujan tingkat pencemaran debu agak berkurang tetapi bau yang ditimbulkan dari sisa pembakaran pabrik gula terasa menyengat. Kondisi sekarang untuk mengatasi hal tersebut pihak pabrik gula berusaha membuang limbahnya sejauh mungkin dari pemukiman penduduk. Dengan demikian diperlukan suatu inovasi yang lebih bermanfaat untuk mengatasi krisis energi dan juga masalah limbah pabrik.
   Dalam pemanfaatannya batu kapur dapat digunakan sebagai batako dan bubuk kapur untuk melapisi dinding. Batu kapur yang sudah diproses dan diolah hingga memiliki niai ekonomis/nilai jual yang bisa dipasarkan di desa-desa lain di Kecamatan Nusa Penida. Pada kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan di Kecamatan Nusa Penida tidak selalu berbanding lurus dengan nilai ekonomisnya. Nilai ekonomis dari penjualan hasil penambangan batu kapur yang dilakukan tergolong sulit untuk dihitung karena dianggap sebagai sesuatu yang tidak menentu. Sebagian besar (57,4%) nilai ekonomis dari hasil kegiatan penambangan di Kecamatan Nusa Penida dijual berupa batako. Hal tersebut dijumpai hampir di semua titik penambangan di Kecamatan Nusa Penida, kecuali pada titik penambangan 1 dan 3 di Desa Suana serta titik 5 di Desa Kutampi. Pada titik penambangan 1 dan 3 di Desa Suana serta titik 5 di Desa Kutampi penambang menjual hasil penambangan berupa bubuk kapur.
1. Energi 
   adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tetapi dapat dirasakan adanya (Pudjanarsa dan Nursuhud,2006) Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (energy is the capacity for doing work).

2. Pemakaian Sumber Energi
   Sampai dengan tahun 1980an, konsumsi energi di dunia meningkat tajam dari tahun ke tahun, apalagi di negara maju seperti amaerika serikat. Tercatat antara tahun1983 dan 2012 konsumsi energi telah meningkat 37 persen. Dewasa ini penggunakan batubara 26 persen, minyak bumi 39 persen, natural gas 24 persen dan nuklir 7 persen sedangkan untuk pemakaian renewable energy hanya 3 persen.

3. Energi Biomassa
   Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui biomassa, terutama dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian, merupakan sumber daya energi dunia yang tertua.

4. Bahan Bakar
   Bahan bakar adalah bahan-bahan yang berdasarkan pertimbangan teknis ekonomis dapat segera dibakar untuk menghasilkan panas dalam mesin-mesin kalor, industri-industri panas. Bahan bakar sangatlah penting untuk melakukan mobilitas dan juga untuk menjalankan proses produksi pada industri. Bahan bakar dapat dibedakan menjadi 3 golongan menurut wujudnya, yaitu : bahan bakar padat, cair, dan gas.
Berdasarkan terjadinya bahan bakar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : 
   a. bahanbakar alami
   b. bahan bakar buatan.

5. Bahan Bakar Boiler Pada Pabrik Gula
   Pabrik gula membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan proses produksinya. Pada pabrik gula (khususnya PG. Trangkil), menggunakan dua macam bahan bakar, yaitu bahan bakar cair dan bahan bakar padat. Bahan bakar cair yang digunakan adalah residu. Minyak residu adalah hasil pengolahan minyak bumi dengan kualitas di bawah solar dan di atas aspal. Sedangkan bahan bakar padat yang digunakan adalah ampas tebu sisa penggilingan. Residu digunakan pada saat proses pembakaran awal dan sebagai bahan bakar tambahan jika kalor yang dihasilkan dari pembakaran ampas kurang mencukupi untuk proses pembakaran.
   Setiap proses pembakaran, pasti ada sisa hasil pembakaran. Begitu juga pada proses pembakaran bahan bakar pada pabrik gula. Sisa pembakaran tersebut berupa panas yang terbuang akibat rugi-rugi, karena tidak seluruhnya energi kalor yang digunakan dapat dimanfaatkan semua untuk proses pembakaran.
   Sisa pembakaran yang
lain adalah fly ash dan bottom ash. Untuk menangani bottom ash, digunakan conveyor dengan sistem terendam air agar abu yang dihasilkan tidak berterbangan. Untuk menangani fly ash digunakan sistem cyclone agar partikel-partikel yang berat jatuh ke bawah untuk mengurangi polusi lingkungan.

6. Pembakaran Unsur-unsur Bahan Bakar
   Berdasarkan proses pembakarannya, pembakaran dapat dibedakan menjadi :
   1. Pembakaran Sempurna 
Pembakaran sempurna merupakan pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang cukup.
   2. Pembakaran tak sempurna 
Pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang tidak cukup
   3. Pembakaran dengan udara berlebih 
Pembakaran dengan udara berlebih merupakan pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang berlebih, sehingga dalam pembakaran menghasilkan unsur oksigen. 
   Dalam pembakaran, untuk mencapai kondisi pembakaran sempurna sangatlah sulit, oleh karena itu dalam setiap pembakaran selalu ditambahkan O2 supaya pembakaran yang terjadi bukanlah pembakaran tak sempurna.

7. Nilai Kalor
   Nilai kalor suatu bahan bakar adalah energi yang dibebaskan tiap jumlah satuan bahan bakar ketika bahan yang mudah terbakat tersebut terbakar dan produk pembakaran didinginkan kembali ke temperatur awal bahan yang terbakar tersebut. Nilai kalor ditentukakan dalam uji standar dalam Bomb Kalorimeter.
   Bomb kalorimeter ini dapat langsung mengukur nilai kalor tertinggi karena mencakup panas laten uap yang terbentuk oleh pembakaran hidrogen yang ada.

METODE PENELITIAN
   Adapun prosedur penelitian dapat ditunjukan pada Diagram Alir Penelitian.

   

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
   Hasil penelitian menunjukan berbagai macam variasi dari komposisi bahan agar didapatkan nilai kalor yang paling tinggi dari berbagai macam variasi komposisi susunan bahan tersebut. 
   Kegiatan penambangan batu kapur akan membawa dampak negatif terhadap keadaan morfologi, tanah, udara, dan air. Sering atau tidaknya kegiatan penambangan yang dilakukan akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya dampak yang ditimbulkan. Semakin sering kegiatan tersebut dilakukan maka kemungkinan membawa dampak yang tinggi terhadap kondisi lingkungan fisik akan semakin besar. Namun sebaliknya semakin jarang kegiatan penambangan dilakukan maka kemungkinan membawa dampak yang tinggi terhadap kondisi lingkungan fisik akan semakin kecil.

Berikut Data-datanya
1. Persentase Berat Sisa Pembakaran Bahan Bakar Pabrik Gula Dengan Limbah Jarak

2. Persentase Berat Sisa Pembakaran Bahan Bakar Pabrik Gula Dengan Gliserin



TUGAS 2 REVERSE LOGISTIC

JUDUL :
SUPPLY CHAIN SIRKULASI BOTOL TEH BOTOL SOSRO

PENULIS :
ADITYA PRIYAMBODO
YANDRA RAHADIAN PERDANA

TAHUN :
2011

SUMBER JURNAL :
adit_if_ada7@yahoo.com

1. PENDAHULUAN
     Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah penting bagi produk-produk yang ada di pasaran. Distribusi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi menuju konsumen ahir (end user) yang biasanya dibatasi jarak yang sangat jauh. Oleh karena itu, kemampuan suatu industri untuk mengelola distribusi menjadi salah satu keunggulan yang penting bagi suatu industri.
     Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol, sehingga PT. Sinar Sosro harus mengatur sirkulasi jumlah botol yang berisi dan beredar di pasaran dan juga botol yang kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti.
     Supply chain management (Managemen Rantai Pasokan) adalah manajemen mengenai arus barang mulai dari sumber paling awal sampai ke ujung yang paling akhir yaitu konsumen. Manajemen arus barang ini lebih menekankan pada kelancaran pasokan barang, baik dari segi efisiensi maupun dari segi efektifitas (Indrajit dan Permono, 2005).
     Tujuan utama dari adanya supply chain management adalah penyerahan/pengiriman produk secara
tepat waktu demi memuaskan pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu penyampaian dan memuaskan kegiatan perencanaan dan distribusi (Ellesmare, 1995). Secara kesuluruhan, komponen rantai pasokan ini adalah fungsi pembelian, inbound logistic, produksi, distribusi yang meliputi outbound logistic dan pemasaran, dan reverse logistic. Mayoritas perusahaan masih memfokuskan dirinya pada aktifitas-aktifitas yang berada dalam perusahaan, yaitu purchasing, inbound logistic, dan produksi. Hal ini dapat dimengerti mengingat ketiga elemen rantai pasokan yang popular dengan value chain concept (Porter, 1985) ini masih berada dalam internal organisasi sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengendalian.

2. METODE PENELITIAN
2.1. SUMBER DATA
     Penelitian menggunakan data yang bersumber dari Department Production and Maintenance, Department Gudang PIPB (Peti Isi Peti Botol), dan Department Personalia and General Affair. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara dengan pihak yang berwenang pada bagian tersebut dan observasi langsung di lapangan.

2.2. TUJUAN PENELITIAN
     Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem supply chain management sirkulasi botol produk Teh Botol Sosro terkait pengiriman produk jadi dan penarikan botol kosong kembali ke pabrik (aktivitas reverse logistics).

2.3. ANALISIS DATA
     Ukuran pengolahan data terkait inventory dan hasil produksi di PT. Sinar Sosro, Urangan
   1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).
   2. rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki (Inventory days of supply).
   3. persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan (Fill rate).

3. HASIL PENELITIAN
3.1. SISTEM INFORMASI MANAGEMEN
     Supply Chain Management merupakan salah satu proses yang krusial dimana arus pertukaran bahan baku, informasi serta keuangan antar perusahaan terjadi. Konsep kerja sama ini kemudian berkembang menjadi E-SCM dengan menggunakan internet, intranet maupun extranet sebagai media komunikasi secara online dan realtime, memastikan bahan baku baik dari pemasok maupun barang jadi ke konsumen selalu tersedia sesuai kebutuhan.
     Menu Utama dari SI Fusion yaitu :
     1. Material Requirement Planning (MRP)
     2. Purchasing
     3. Inventory
     4. Plant Maintenance
     5. Executive Information System
     6. Order Management
     7. Administrator
   Menurut Chopra & Meindl (2001). dalam SCM terdapat empat penggerak (driver), yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, informasi merupakan penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya.

3.2. PROSES PRODUKSI
     Proses produksi di PT. Sinar Sosro Ungaran dalam pembuatan TBS, secara umum dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
   1. Proses pengolahan air (Unit Water Treatment)
Untuk kebutuhan air diperoleh dari sumur bawah tanah. PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki 3 buah sumur, sumur nomor 1 dipakai untuk kebutuhan masyarakat sekitar pabrik, sedangkan sumur nomor 2 dan 3 dipakai untuk proses produksi secara bergantian, 4 jam sekali. Air sumur (raw water) diambil dari kedalaman 80 – 100 m dengan deep well pump, dan masih mengandung kotoran dan mineral. Produk yang dihasilkan PT. Sinar Sosro Ungaran harus memenuhi standar yang ditetapkan, maka air yang diperoleh dari alam harus melewati proses pengolahan di unit Water Treatment (WT), sebelum dimanfaatkan untuk proses produksi.

   2. Proses pembuatan Teh Cair Manis (Unit Kitchen)
Pada Unit Kitchen dilakukan proses pembuatan Teh Cair Manis (TCM). Tahapan proses pembuatan TCM adalah pembuatan sirup gula, pembuatan Teh Cair Pahit, pencampuran TCP dengan sirup gula dan pasteurisasi.

   3. Proses pembotolan (Unit Bottling Line)
Pada proses ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
A. PROSES PEMBOTOLAN
   Sebelum botol dan krat memasuki ruang produksi, dilakukan inspeksi terlebih dahulu di Pos Gudang.
Botol-botol yang masuk dalam proses pembotolan diklasifikasikan menjadi 3 macam, antara lain:
   1. Botol dari konsumen, yakni botol yang diperoleh dari tempat pemasaran dan dikembalikan ke pabrik
untuk diproses dan digunakan kembali.
   2. Botol dari pencucian manual, meliputi botol non-standar yang tidak dapat dibersihkan dengan mesin
bottle washer.
   3. Botol baru. Pembelian botol baru dari supplier dilakukan setahun sekali dan jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
B. PENYIMPANAN DAN MASA INKUBASI
   Sebelum dipasarkan, TBS terlebih dahulu di inkubasi selama 2-3 hari. Setelah masa inkubasi selesai TBS diperiksa kembali apakah ada terjadi perubahan pada TBS. hal-hal yang diperiksa antara lain meliputi : basi, bau, perubahan warna dan rasa. Jika tidak terjadi perubahan pada TBS maka akan dinyatakan Teh Botol Sosro siap untuk dipasarkan.

3.3. MANAJEMEN PERGUDANGAN
PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki beberapa gudang untuk menyimpan materialnya. Gudang tersebut
antara lain :
   1. Gudang PIPB
   2. Gudang Spare part
   3. Gudang Gula
   4. Gudang Teh
   5. Gudang Crown Cork
   6. Gudang Harian Produksi
Gudang-gudang tersebut pengelolaannya di bawah departemen/bagian yang berbeda. Metode penyimpanan ke dalam blok gudang menggunakan metode penyimpanan FiFO (First In First Out).

3.4. SIRKULASI PENANGANAN BOTOL DI GUDANG PIPB
3.4.1. PENERIMAAN PB
Truk bermuatan PB dari Kantor Penjualan (KP) yang masuk ke Gudang PIPB akan diperiksa dokumen Surat Jalan-nya oleh Petugas Pengawas PB. Surat Jalan diperiksa apakah sesuai dengan kondisi muatan truk. Jika dokumen sesuai dengan kondisi muatan, maka dokumen distempel dan dibuatkan Tanda Terima oleh bagian Administrasi Gudang PIPB dan dimasukkan data ke SI Fusion. Jika dokumen tidak sesuai dengan kondisi muatan, maka Delivery Order (DO) akan diinfokan ke KPW. Kemudian akan dilakukan pembongkaran beserta penyortiran PB.

3.4.2 PENYIMPANAN PB
PB standard yang telah disusun di atas palet akan segera dimasukkan ke dalam gudang Blok A-I menganut sistem FIFO (First In First Out). Dilakukan pencatatan stock PB masuk untuk ditambahkan pada saldo Kartu Stock PB No.003/Gud-Ugn dan dimasukkan data ke SI Fusion, sehingga diketahui jumlah persediaan PB dalam Gudang PIPB yang siap untuk keperluan produksi. Setelah divalidasi, data stock PB dapat diakses oleh Departemen Produksi untuk mengetahui ketersediaan PB yang dapat digunakan untuk produksi pada hari tersebut.

3.4.3. PEMAKAIAN PB UNTUK PRODUKSI
Dalam satu batch produksi yang menghasilkan 9300
liter, akan menghasilkan 1740 krat. Ketersediaan PB siap produksi akan dibagi dengan 1740 sebagai variabel pembagi satuan batch hasil produksi. Sehingga didapatkan jumlah batch yang dapat diproduksi agar penggunaan bahan di Unit Kitchen menjadi efisien.

3.4.4. PROSES PRODUKSI
PB yang dinaikkan ke lantai produksi dengan menggunakan Forklift akan kembali mengalami penyortiran pada Pos 1,2, dan 3. Hasil pensortiran botol pada Departemen Produksi akan dicatat pada Bukti Mutasi Intern Retur Produksi. PB yang disortir pada Pos 1 dan 2 akan diklasifikasikan ke dalam kategori PB sangat kotor yang akan diproses ke Cuci Botol Manual dan afkir yang akan dimusnahkan. Produk jadi akan dicek mutunya disesuaikan dengan proses produksi yang berjalan. Jika sudah sesuai maka diberi label “Passed” dan jika kurang sesuai maka diberi label “Karantina”.

3.4.5. PENYIMPANAN PI
PI yang telah disusun di atas palet (60 krat) akan diberi keterangan “Passed” oleh Petugas QC. Kemudian dimasukkan ke dalam Gudang PIPB Blok J-Q. Data jumlah PI hasil produksi yang masuk dicatat ke dalam Kartu Stock PI No.009/Gud-Ugn. Data jumlah PI akan dimasukkan ke SI Fusion.

3.4.6. PENGELUARAN PI
PI yang sudah diberi memo released oleh petugas QC, kemudian data divalidasi oleh Departemen Produksi dan Departemen QC agar PI dapat dipasarkan. Surat Permintaan Barang (SPB) dari KPW dicek oleh Petugas PI dan dibuatkan Surat Jalan oleh Administrasi Bagian Gudang PIPB. Kemudian PI di Gudang PIPB siap untuk dimasukkan ke dalam moda transportasi. Truk dengan muatan PI siap menuju lokasi KP tujuan distribusi.

3.4.7. PENGHANCURAN BOTOL
Penghancuran botol dapat dilakukan dengan pengajuan penghancuran botol oleh Petugas PB
Non-Standard yang disetujui oleh Departemen Purchasing dan General Manager dengan kuota minimal tercapai 25 palet atau 1800 krat. Untuk botol yang akan dihancurkan, disusun mencapai 6 tingkat untuk membedakan dengan tumpukan PB Standard yang disusun 5 tingkat. Proses penghancuran dilakukan dengan cara menjatuhkan botol-botol afkir tersebut dari ketinggian.

3.5. REVERSE LOGISTIC FUNCTION
Reverse logistics saat ini menjadi salah satu alternatif terbaik yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi keterbatasan sumber daya bahan baku. Dalam pemenuhan kebutuhan pasar, PT. Sinar Sosro setidaknya harus memiliki botol di pabrik untuk diisi, botol yang diantar ke distribusi, dan botol yang ditarik dari gerai sehabis diminum pelanggan. PT. Sinar Sosro mempercayakan proses reverse logistics-nya pada masing-masing Kantor Penjualan (KP). 
Material yang ditarik dalam proses ini adalah krat berisi botol kosong. Idealnya dalam proses reverse logistics ini, KP mengembalikan botol kosong sesuai dengan kuantitas Delivery Order pengiriman sebelumnya. Namun dalam aplikasinya, dengan motif untuk pengembangan pasar, maka KP terkadang menyimpan stock PI di gudangnya untuk ekspansi pasar sehingga terjadi pengendapan. Hal ini yang harus ditanggung oleh KPB Ungaran untuk menyeimbangkan ketersediaan botolnya. Padahal pengadaan botol dan krat baru sangat ditentukan oleh keputusan Head Office di Jakarta.

4. PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang didapatkan, dapat diketahui bahwa PT. Sinar Sosro untuk produk TBS, antara lain
sebagai berikut :
   a. Tidak melakukan penyimpanan PI dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga PI yang baru
diproduksi bisa segera dididistribusikan ke saluran pemasarannya, dengan persyaratan sudah melalui masa inkubasi.
   b. Jumlah pengeluaran/produksi PI selalu lebih rendah dari jumlah persediaan PB (PI ≤ PB), hal ini
dikarenakan botol sebagai bahan pengemas merupakan salah satu komponen bahan yang harus ada untuk mendukung proses produksi.
   c. Jumlah persediaan PB yang ada selama bulan Juni belum mampu mendukung rencana produksi
yang telah ditetapkan, sehingga dalam satu bulan (bulan Juni) terdapat 17 hari dimana target
rencana produksi tidak tercapai.
   d. Terdapat 7 hari dimana terdapat kondisi jumlah persediaan PB melebihi target rencana produksi.
   e. Terdapat 6 hari dimana catatan produksi kosong, hal ini dikarenakan PT. Sinar Sosro Ungaran tidak memproduksi TBS pada hari-hari tersebut. Tidak produksi dikarenakan hari minggu, hari libur, maintenance mesin, dan memproduksi produk jenis lain.

Inventory days of supply adalah rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah
persediaan yang dimiliki. Safety stock dengan persediaan minimal 40.000 krat PI atau minimal ada 4 blok gudang dalam sehari, maka PT. Sinar Sosro Ungaran masih aman untuk tidak berproduksi selama satu hari. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan.

5. KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan dalam penelitian ini:
   1. PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran memproduksi Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB) dengan 2 rasa, yaitu rasa apel dan black currant, S-Tee, dan Joy Tea Green.
   2. Proses produksi TBS secara umum terdiri dari 3 langkah yaitu:
     a. Proses pembuatan air baku dan air softener di Unit Water Treatment (WT)
     b. Proses pembuatan sirup gula, Teh Cair Pahit (TCP), pencampuran TCP- sirup gula menjadi Teh Cair Manis (TCM) dan pasteurisasi di Unit Kitchen.
     c. Proses pembotolan TCM pada Bottling Line ( ± 36.000 botol per jam).
   3. Produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Ungaran aman bagi kesehatan karena tidak mengandung 3P, yaitu pengawet, pewarna dan pemanis buatan.
   4. Proses pembuatan TBS membutuhkan bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku yang diperlukan adalah :
     a. Bahan baku produk berupa teh kering (Jasmine Tea), gula industri rafinasi, dan air baku
     b. Bahan baku kemasan adalah Crown cork, botol, dan krat.
   5. Semua langkah dalam proses produksi dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu dilakukan dari proses kedatangan bahan baku, proses produksi berlangsung, hingga proses pengemasan produk jadi (PI).
   6. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas dan menghasilkan produk sesuai harapan konsumen adalah dengan melakukan sanitasi secara periodik, yang secara umum dibedakan menjadi Daily Maintenance dan Weekly Maintenance.
   7. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT. Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan sendiri, prosedur penanganan material yang baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam kemasan.
   8. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu.
   9. Aplikasi reverse logistics sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum optimal untuk menangani permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP).
   10. Pemasaran dari hasil produksi PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran dilakukan oleh PT. Sasanamaya Tirtamukti untuk wilayah sebagian Jawa Barat, seluruh Jawa Tengah dan DIY.

DAFTAR PUSTAKA
- Indrajit dan Permono, 2005. Manajemen Manufaktur. Penerbit Pustaka Fahima : Yogyakarta.
- Ellesmare, Steve. 1995. Distribution and Logistic : Transforming the Supply Chain Management. Prime Marketing Publication.
- Porter, M.E., 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, New York: The Free Press.