JUDUL :
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH ABU KETEL, JARAK, DAN GLISERIN (2013)
DAN
ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN BATU KAPUR TERHADAP LINGKUNGAN DI KECAMATAN NUSA PENINDA
PENULIS :
Samsudi Raharjo
dan
I Gede Algunadi (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)
Ida Bagus Made Astawa (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)
Sutarjo (Pend Geografi, Undiksha Singaraja)
SUMBER JURNAL :
http://jurnal.unimus.ac.id
dan
igedealgunadi@yahoo.com
PENDAHULUAN
Sumberdaya alam dan energi dimanfaatkan demi pembangunan ekonomi bersama dengan sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan sumberdaya teknologi. Sumberdaya alam dan energi dibedakan kedalam sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam air, sumberdaya alam energi dan sumberdaya alam non hayati. Sumberdaya alam dan energi itu ada yang bisa diperbaharui dan ada pula yang tidak bisa diperbaharui. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui berupa sumberdaya hayati dan hewani sedangkan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui berupa sumberdaya non hayati seperti barang-barang tambang.
Cadangan minyak di perut bumi makin terbatas dan menyusut karena penggunaannya yang terus meningkat dan bahan bakar fosil ini tergolong bahan bakar yang tidak terbarukan (unrenewable). Keterbatasan ini seharusnya mendorong pemerintah untuk mencari energi alternatif dan terbarukan (renewable) yang berasal dari tanaman dan biasa disebut biomassa. Pengalaman menunjukkan dengan hanya mengandalkan pada satu jenis sumber energi kerap menimbulkan banyak persoalan yang saling berkaitan.
Disamping hal tersebut tingkat pencemaran yang disebabkan oleh sisa pembakaran sudah sangat mengkawatirkan karena debu yang berupa partikel sisa pembakaran berterbangan kemana-mana terutama pada saat musim kemarau sangat menggangu pernafasan dan aktifitas warga. Pada musim penghujan tingkat pencemaran debu agak berkurang tetapi bau yang ditimbulkan dari sisa pembakaran pabrik gula terasa menyengat. Kondisi sekarang untuk mengatasi hal tersebut pihak pabrik gula berusaha membuang limbahnya sejauh mungkin dari pemukiman penduduk. Dengan demikian diperlukan suatu inovasi yang lebih bermanfaat untuk mengatasi krisis energi dan juga masalah limbah pabrik.
Dalam pemanfaatannya batu kapur dapat digunakan sebagai batako dan bubuk kapur untuk melapisi dinding. Batu kapur yang sudah diproses dan diolah hingga memiliki niai ekonomis/nilai jual yang bisa dipasarkan di desa-desa lain di Kecamatan Nusa Penida. Pada kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan di Kecamatan Nusa Penida tidak selalu berbanding lurus dengan nilai ekonomisnya. Nilai ekonomis dari penjualan hasil penambangan batu kapur yang dilakukan tergolong sulit untuk dihitung karena dianggap sebagai sesuatu yang tidak menentu. Sebagian besar (57,4%) nilai ekonomis dari hasil kegiatan penambangan di Kecamatan Nusa Penida dijual berupa batako. Hal tersebut dijumpai hampir di semua titik penambangan di Kecamatan Nusa Penida, kecuali pada titik penambangan 1 dan 3 di Desa Suana serta titik 5 di Desa Kutampi. Pada titik penambangan 1 dan 3 di Desa Suana serta titik 5 di Desa Kutampi penambang menjual hasil penambangan berupa bubuk kapur.
1. Energi
adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tetapi dapat dirasakan adanya (Pudjanarsa dan Nursuhud,2006) Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (energy is the capacity for doing work).
2. Pemakaian Sumber Energi
Sampai dengan tahun 1980an, konsumsi energi di dunia meningkat tajam dari tahun ke tahun, apalagi di negara maju seperti amaerika serikat. Tercatat antara tahun1983 dan 2012 konsumsi energi telah meningkat 37 persen. Dewasa ini penggunakan batubara 26 persen, minyak bumi 39 persen, natural gas 24 persen dan nuklir 7 persen sedangkan untuk pemakaian renewable energy hanya 3 persen.
3. Energi Biomassa
Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui biomassa, terutama dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian, merupakan sumber daya energi dunia yang tertua.
4. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah bahan-bahan yang berdasarkan pertimbangan teknis ekonomis dapat segera dibakar untuk menghasilkan panas dalam mesin-mesin kalor, industri-industri panas. Bahan bakar sangatlah penting untuk melakukan mobilitas dan juga untuk menjalankan proses produksi pada industri. Bahan bakar dapat dibedakan menjadi 3 golongan menurut wujudnya, yaitu : bahan bakar padat, cair, dan gas.
Berdasarkan terjadinya bahan bakar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
a. bahanbakar alami
b. bahan bakar buatan.
5. Bahan Bakar Boiler Pada Pabrik Gula
Pabrik gula membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan proses produksinya. Pada pabrik gula (khususnya PG. Trangkil), menggunakan dua macam bahan bakar, yaitu bahan bakar cair dan bahan bakar padat. Bahan bakar cair yang digunakan adalah residu. Minyak residu adalah hasil pengolahan minyak bumi dengan kualitas di bawah solar dan di atas aspal. Sedangkan bahan bakar padat yang digunakan adalah ampas tebu sisa penggilingan. Residu digunakan pada saat proses pembakaran awal dan sebagai bahan bakar tambahan jika kalor yang dihasilkan dari pembakaran ampas kurang mencukupi untuk proses pembakaran.
Setiap proses pembakaran, pasti ada sisa hasil pembakaran. Begitu juga pada proses pembakaran bahan bakar pada pabrik gula. Sisa pembakaran tersebut berupa panas yang terbuang akibat rugi-rugi, karena tidak seluruhnya energi kalor yang digunakan dapat dimanfaatkan semua untuk proses pembakaran.
Sisa pembakaran yang
lain adalah fly ash dan bottom ash. Untuk menangani bottom ash, digunakan conveyor dengan sistem terendam air agar abu yang dihasilkan tidak berterbangan. Untuk menangani fly ash digunakan sistem cyclone agar partikel-partikel yang berat jatuh ke bawah untuk mengurangi polusi lingkungan.
6. Pembakaran Unsur-unsur Bahan Bakar
Berdasarkan proses pembakarannya, pembakaran dapat dibedakan menjadi :
1. Pembakaran Sempurna
Pembakaran sempurna merupakan pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang cukup.
2. Pembakaran tak sempurna
Pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang tidak cukup
3. Pembakaran dengan udara berlebih
Pembakaran dengan udara berlebih merupakan pembakaran yang terjadi apabila karbon terbakar dengan oksigen yang berlebih, sehingga dalam pembakaran menghasilkan unsur oksigen.
Dalam pembakaran, untuk mencapai kondisi pembakaran sempurna sangatlah sulit, oleh karena itu dalam setiap pembakaran selalu ditambahkan O2 supaya pembakaran yang terjadi bukanlah pembakaran tak sempurna.
7. Nilai Kalor
Nilai kalor suatu bahan bakar adalah energi yang dibebaskan tiap jumlah satuan bahan bakar ketika bahan yang mudah terbakat tersebut terbakar dan produk pembakaran didinginkan kembali ke temperatur awal bahan yang terbakar tersebut. Nilai kalor ditentukakan dalam uji standar dalam Bomb Kalorimeter.
Bomb kalorimeter ini dapat langsung mengukur nilai kalor tertinggi karena mencakup panas laten uap yang terbentuk oleh pembakaran hidrogen yang ada.
METODE PENELITIAN
Adapun prosedur penelitian dapat ditunjukan pada Diagram Alir Penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan berbagai macam variasi dari komposisi bahan agar didapatkan nilai kalor yang paling tinggi dari berbagai macam variasi komposisi susunan bahan tersebut.
Kegiatan penambangan batu kapur akan membawa dampak negatif terhadap keadaan morfologi, tanah, udara, dan air. Sering atau tidaknya kegiatan penambangan yang dilakukan akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya dampak yang ditimbulkan. Semakin sering kegiatan tersebut dilakukan maka kemungkinan membawa dampak yang tinggi terhadap kondisi lingkungan fisik akan semakin besar. Namun sebaliknya semakin jarang kegiatan penambangan dilakukan maka kemungkinan membawa dampak yang tinggi terhadap kondisi lingkungan fisik akan semakin kecil.
Berikut Data-datanya
1. Persentase Berat Sisa Pembakaran Bahan Bakar Pabrik Gula Dengan Limbah Jarak
2. Persentase Berat Sisa Pembakaran Bahan Bakar Pabrik Gula Dengan Gliserin